Demonstrasi Kontekstual Modul 1.2 : Menjadi Guru Seperti Pak Made Tesa

Menjadi Guru Seperti Pak Made Tesa

A. Merefleksi Beberapa Tahun Silam



            Modul 1.2 ini membuat saya berpikir jauh ke belakang dan jauh ke depan setidaknya setelah 3 tahun menjadi Guru Penggerak. Benang merah antara masa lalu dan masa depan saya adalah Pak Made Tesa. Sehingga proyeksi ideal saya tiga tahun ke depan adalah Menjadi Guru Seperti Pak Made Tesa.


            Pada kegiatan Mulai Dari Diri sendiri membuat saya merefleksi peristiwa positif dan negatif yang saya alami. Saya berpikir lama, sebelum memutuskan pengalaman positif saya adalah bertemu Pak Made Tesa. Kenapa figure ini begitu melekat di benak saya?


            Saya tidak mengenal Ki Hajar Dewantara secara langsung, saya hanya mempelajari pemikiran beliau melalui Program PGP ini. Saya bertemu langsung dengan sosok Pak Made Tesa. Beliau adalah guru kelas pertama saya ketika mulai mengenyam pendidikan tahun 1993. Beliau adalah Ki Hajar Dewantara menurut saya. Beliau sangat humanis, mengingat saya adalah murid yang mungkin boleh dibilang murid berkebutuhan khusus.



            Saya termasuk murid yang tipe belajar lambat. Orang tua, keluarga, masyarakat sangat menyukai yang serba cepat. Saya merasa mereka tidak bisa menerima saya. Itu pemikiran saya waktu itu. Sementara Pak Made Tesa mendekati saya dengan tatapan yang paling bersahabat. Saya belum pernah diperlakukan seperti itu. Belakangan saya menyadari, beliau sudah menginternalisasi pendidikan yang memanusiakan manusia.


            Kurikulum waktu itu adalah CBSA Cara Belajar Siswa Aktif. Ketika itu sudah ada tes diagnostic. Sederhana Pak Tesa mendekati kami satu-satu. Menyuruh kami memegang telinga. Dasarnya mungkin pada usia itu fisik kami sudah dianggap mampu memegang telinga. Saya ditanya cita-cita, saya ingat jawaban saya adalah ingin menjadi Superman.


            Setelah itu kami diatur posisi duduknya. Saya duduk di kursi belakang. Mengapa? Setelah dewasa saya menyadari gaya belajar saya adalah Audiotori. Saya tidak nyaman menjadi sorotan. Saya terlihat seperti tidak memperhatikan, padahal saya mendengar. Pak Made Tesa sudah menerapkan pembelajaran Berdeferensiasi.



            Pak Made Tesa sering membawa es lilin. Kami bergiliran mendapat tugas menjual es lilin. Penjualnya biasa dikasi es lilin gratis. Selain es lilin Pak Made Tesa juga membawa jambu karena selain guru, beliau juga petani. Ini pikir saya seperti projek kewirausahaan P5.


            Masih banyak kemuliaan beliau yang tidak bisa saya ungkapkan. Mungkin beliau sudah meninggal. Tapi namanya selalu abadi. Tepat seperti bait Himne Guru. “Namamu akan selalu hidup, dalam sanubariku.”


            Ini beberapa puisi yang saya tulis untuk mengingat beliau. Kenangan yang paling saya ingat adalah ketika beliau memberi saya buku cerita, dan mengharapkan saya menjadi penulis.


Pak Made Tesa

Bel sekolah aji besi akatih

Kagantung di sakane aji tali

Cara wanara muride ngalanting

Magarang nepak kulkul besi

Pabresiak malaib nyelepin kelas

Buka jangkrike ketebin

Siep sapangrauh gurune

Tindak pajalane, munyi sepatu pantofel

Sapari coklat kantong dua

Paningalan sipit, kacamata kotak

Bok ingel, suahan nyelep

Miik bon parfumne

Kayang jani nu ingetang

Gagah keto ne rasayang

Munyine alus satata sabar

Pak Made Tesa guru kasungkemin

okt 2019

Pak Made Tesa (2)

Ipiane tuah besik

Nulis buku

Mangde tegep bhaktine

Sareng Pak Made Tesa   

Sane nyantos tedun bukune

Nov 2019

B. Memandang Tiga Tahun Ke Depan


            Selanjutnya saya akan berimajinasi ke depan. Setelah 3 tahun menyelesaikan pendidikan guru penggerak. Saya akan terus belajar menerapkan 5 nilai Guru Penggerak. Mandiri, Reflektif, Kolaboratif, Inovatif, dan Berpihak Kepada Murid. Saya akan terus belajar meningkatkan kompetensi saya khususnya sebagai Guru Agama Hindu. Saya ingin membuat pembelajaran Agama Hindu bukan sebagai pembelajaran yang kuno dan membosankan. Saya akan mengembangkan konten blog dan youtube saya.


Peran guru penggerak yang relevan untuk saya adalah menjadi Pemimpin dalam Pembelajaran. Saya akan membuat KSPM (Kelompok Siswa Penggemar Mata Pelajaran) Agama Hindu. Selama ini yang lebih dikenal adalah KSPM Biologi, Matematika dsb. Melalui observasi, wawancara dengan siswa ternyata ada siswa yang mengusulkan KSPM Agama Hindu. Waktu itu kami mengikuti lomba cerdas cermat agama Hindu. Saya menyadari ternyata banyak juga peminat mata pelajaran agama Hindu. Banyak bidang yang bisa dikembangkan seperti Dharma Wecana, Menulis Esai Agama Hindu. Menurut itu bidang yang bisa saya fasilitasi karena saya memiliki minat dalam menulis.


            Peran kedua adalah Mewujudkan Kepemimpinan Pada Murid. Dalam KSPM agama Hindu aka nada guru kecil agama Hindu. Siswa yang memiliki kelebihan dalam agama Hindu akan mendapat ruang berbagi dalam Guru Kecil. Saya juga akan mengupayakan adanya pemberian piagam guru kecil dari sekolah yang bisa menjadi portofolio saat mendaftar kuliah.



            Peran berikutnya adalah Menjalin Kolaborasi Antar Guru. Untuk mengembangkan blog dan youtube Agama Hindu. Saya akan banyak bertanya kepada Guru Bahasa Indonesia terkait kita menulis opini yang menarik. Guru Bahasa Bali terkait dengan penggunaan Bahasa Bali dalam Dharma Wecana. Guru Informatika untuk belajar membuat konten video yang menarik.


            Menjadi Coach ataupun Menggerakkan Komunitas Praktisi. Saya masih perlu banyak belajar mengingat kekurangan saya. Saya masih terkendala komunikasi dan menggerakkan orang. Semoga melalui Program PGP ini saya meningkatkan kualitas diri saya. Menerima kekurangan dan mengoptimalkan kelebihan.


            Terimakasih, demikian demontrasi kontekstual saya. Semoga memberi manfaat untuk semua.

SALAM BAHAGIA

I NYOMAN SUTARJANA

CGP A.10 BULELENG

Postingan Populer