Membaca Buku Boy Candra

Review Buku Seperti Hujan yang Jatuh Ke Bumi



Pernah gak sih kalian membaca buku kecil, covernya berisi gambar orang. Sosok gadis yang bertopang dagu, dengan background lelaki nan jauh di sana. Tulisannya gak kalah lebay Cintaku terbang menuju hati yang lain. Yap, kalian kalian tahu. Berarti kalian TUA. Itu adalah buku stensil, ukurannya kecil, mirip buku saku. Dijual di lapak-lapak buku di samping swalayan atau di pinggir jalan. Sekarang itu sudah jadi bahan nostalgia.

OK, apa hubungannya dengan buku ini. Ya buku ini kayak metamorfosis buku stensil yang dulu. Dipermak supaya lebih nyambung dengan jaman, namun esensinya sama. Buku ini sangat ringan dibaca, mungkin itu alasan dulu buku stensil ukurannya kecil. Bisa dibawa kemana-mana, cukup ditaruh di saku, diambil kalau pengen baca. Seperti makan Snack, makanan kecil. 

Tapi jangan salah lho, tidak gampang menulis buku ini jadi begitu ringan. Jadi inget kata-katanya Steve Job, untuk menjadi sederhana harus melewati kerumitan. Tentu saja Boy Candra melewati kerumitan dalam menulis buku ini. Latar cerita Padang, Boy Candra minimal harus mengulik keunikan Padang, tradisi, tempat-tempat berkesan. Walau pun esensi buku ini adalah cerita-cerita stensil, topiknya pun tidak jauh dari cinta dan romantisme.

Mari kita lihat kenapa aku bilang buku ini adalah pembaharuan dari buku stensil. Pertama dari tema yang diangkat adalah cinta. Buku stensil lebih lebay dengan narasi yang mengeksplor pikiran dan perasaan tokoh. Buku ini juga begitu, tapi tekniknya lebih Show. Si tokoh dibuat lebih hidup dengan penggambaran aktivitasnya, sesekali menggunakan narasi lebay. Tapi takarannya pas.

Tokoh dalam buku ini ada tiga Kevin, Nara, dan Juned. Semua tokoh punya background story, diceritakan dengan Smooth, mengalir dalam alur cerita. Ya, kalau udah tiga tokoh, bisa ditebak cerita ini adalah tentang Cinta Segi Tiga. 
Kevin cinta sama Nara, Nara pacaran sama Juned. Kevin cintanya bertepuk sebelah tangan, dinarasikan dengan kata-kata lebay, tapi pas. 

Selain takaran narasi yang pas. Kelebihan buku ini adalah kejelian mas Boy mengemas klu-klu. Jujur di ending saya baru ngeh dengan klu yg diungkap dari awal malah, dari judulnya. Seperti hujan yang jatuh ke bumi. Hujan itu diibaratkan rasa cinta Kevin yang selalu ditahan, tidak diungkapkan kepada Nara. Di ending akhirnya Kevin mengungkapkan juga  Cinta walau ditahan pada akhirnya akan jatuh juga seperti hujan. Diperkuat dengan narasi "Cinta sesederhana hujan yang jatuh ke bumi, meski terhempas akan tetap jatuh."

Buku ini banyak memperkenalkan saya dengan dunia baru misalnya tentang Rock Climbing. Artinya di Padang banyak spot-spot Rock Climbing. Saya menduga mas Boy punya misi rahasia, memperkenalkan objek wisata di Padang. Rock Climbing itu aktivitas panjang tebing beneran ya. Jadi si Juned punya hobi manjat tebing. Suatu kali di manjat di lembah Harau. Ending Juned tragis karena dia meninggal menyusul kekasihnya yang dulu Ellya. 

Buku ini sebenarnya dibeli oleh Istri, tahun 2016. Tahun itu aku tidak menemukan kenikmatan membaca buku ini. Sempat membaca beberapa lembar tapi kayak tidak sreg gitu. Kembali lagi dengan filosofiku "Buku itu seperti Jodoh kita akan menemukan koneksi ketika momennya pas." Seperti kali ini aku liburan, aku perlu asupan pikiran untuk membaca yang ringan-ringan tapi dapat membuka cakrawala.

Selain Boy Candra ada juga penulis yang beken di genre ini misalnya Fiersa Bessari, Tere Liye, dan JS Khairen. Selanjutnya aku ingin mengeksplor pemikirannya JS Khairen. Siapa tahu jodoh.

Solo, 29 Juni 2024

Postingan Populer