Ceritaku: Ketinggalan Dompet

Dompet Ketinggalan


Aku pulang lebih awal, bakal dipotong penghasilanku. Lebih baik dipotong penghasilan, ketimbang kepotong umurmu. Aku tidak minum obat selama seminggu, itu bikin aku kelimpungan. Karena obat bikin kondisi mentalku stabil, bikin aku jadi manusia normal lah. Aku mengatur janji dengan psikiaterku.

Perjalanan yang panjang, cuaca sedang tidak bersahabat (pancaroba). Aku menantang hujan dan dingin yang menusuk. Rencananya aku langsung menuju rumah sakit Bhayangkara di Denpasar. Ketemu dengan psikiaterku, dan mendapatkan obat yang aku mau.

Sebenarnya aku sudah kontrol sesuai jadwa, setiap bulan sekali. Hanya saja untuk kontrol kali ini, terkendala karena pas aku kontrol dan minta obat dokternya ternyata tidak masuk. Jadilah aku seminggu tanpa obat. Rasanya wuih, kayak uring-uringan. Gak fokus, sering kena serangan cemas, gampang overtihinking. Tapi semua tertutup dengan wajah senyumku, selalu jadi pusat tawa bagi temanku.

Di jalan terutama di bangli aku pengen berhenti, untuk beli makan. Syukurlah aku tidak jadi berhenti. Mantel ini menolongku, hujan ini juga menolongku. Pas di Ubud cuaca mereda. Aku mau beli bensin sambil buka mantel.

Aku tak berpikir dompetku ketinggalan. Dengan percaya diri aku minta motorku diisi penuh. Saat itu antrian juga lumayan panjang. Ketika akan bayar, aku sadar gak bawa dompet. Aku turunkan tas, buka semua isinya. Dompetku gak ada. Astaga, bagaimana ini?

Bapak pom bensin tidak menerima uang transferan, tidak ada simpati sama sekali. Dia menungguku, antrian makin panjang. Saat itulah ada ibu-ibu yang menolongku. Aku tranfer ke sana, nanti aku dikasi cash. Aku transfer 100rb rencana aku pake bekel juga ke Denpasar.

Aku tanya teman-temanku di sekolah. Bantuan datang lagi sekali. Puspa menemukan dompetku di mejaku, di tas rajutan tepatnya. Aku minta tolong dia untuk simpan dompetku. Syukurlah, Tuhan menolongku. Aku takjub dengan dua peristiwa indah ini. Keindahan hati manusia yang menolongku. Aku bersyukur banget untuk itu.

Peristiwa ini memang memalukan, tapi jika di lihat dari sudut positif. Peristiwa ini adalah keindahan yang tak terencana. Begitu saja, kebaikan memang selalu mengagumkan. Ibu-ibu yang menolongku, Puspa yang menjaga dompetku. Semua itu adalah bentuk keindahan.

Hehe, payah banget tulisanku. Maklum, lama aku tidak nulis.


Postingan Populer