Membuat Artikel Agama Hindu Pentingnya ‘Mona’ Dalam Bersosialisasi Sehari-hari

Dalam bersosialisasi, kita pasti seringkali mendengar atau mengamati gaya bicara teman atau lawan bicara kita, ‘kan? Ada yang berbicara dengan halus dan sopan tanpa menyinggung perasaan orang lain, ada yang bicara secara terus terang tak peduli lawan bicaranya tersinggung ataupun tidak, ada juga yang sering mengumpat, dan gaya bicara lainnya.

Tapi, pernahkah teman-teman mendengar jika sesungguhnya ada batasan-batasan kata- kata dalam berbicara supaya lawan bicara kita tidak tersinggung?

Nah, pengendalian diri tentang bagaimana tepatnya kita berbicara supaya tidak menyinggung hati orang lain merupakan pengertian dari Mona. Mona adalah salah satu dari sepuluh bagian Dasa Nyama Brata (sepuluh pengendalian diri dalam tingkat mental atau rohani).

Mona merupakan salah satu pengendalian diri yang paling penting dan paling dasar yang dapat dilakukan dalam kehidupan sehari-hari. Terlebih lagi kita sebagai makhluk sosial yang pasti akan berinteraksi dengan orang lain pastinya akan melakukan komunikasi dengan orang lain. Pengendalian perkataan yang diucapkan sangat penting karena kata-kata ibaratnya pisau bermata dua. Di satu pihak akan mendatang kebaikan dan di pihak lain akan mendatangkan keburukan. Hal ini juga yang tertuang dalam kitab Nitisastra sarga V.3 berikut ini :

 

“Wasita nimittanta manemu laksmi, Wasita nimittanta pati kapangguh, Wasita nimittanta manemu dukha, Wasita nimittanta manemu mitra.”

Terjemahan:
d)     Tidak mengeluarkan kata-kata yang mengandung kebohongan
--Terima Kasih--
x

 

Oleh karena perkataan engkau dapat bahagia, oleh karena perkataan engkau akan menemui ajalmu, oleh karena perkataan engkau akan mendapatkan kesusahan, oleh karena perkataan engkau akan mendapatkan sahabat.

Selain itu, saat mempelajari agama Hindu, kita juga telah berkali-kali diingatkan untuk menjaga perkataan kita saat berbicara. Selain dalam Dasa Nyama Brata ada pula ajaran yang menyinggung tentang pentingnya pengendalian perkataan, seperti dalam Tri Kaya Parisudha (tiga perbuatan yang disucikan) kita mengenal bagian Wacika (berkata yang baik), dalam Tri Mala (tiga perbuatan kotor yang harus dihindari) kita mengenal Mada (berkata yang kotor dan buruk), dan dalam Sad Atatayi (enam macam pembunuhan yang sangat kejam yang harus dihindari) kita mengenal dengan raja pisuna (pembunuhan dengan cara memfitnah).

Untuk itu, kita harus mengetahui tentang apa saja sih, jenis pengendalian perkataan yang harus kita terapkan menurut ajaran Mona dalam Dasa Nyama Brata ini. Empat cara untuk menyucikan perkataan ini disebut juga dengan Karma Partha. Berikut ini adalah bagian-bagiannya :

a)      Ujar Ahala (tidak berkata jahat)

Perkataan yang jahat yang terucap akan dapat mencemari vibrasi kesucian dan mengganggu vibrasi kesucian yang ada dalam diri manusia.

b)     Ujar Akrodha (tidak berkata kasar)

Kita pasti pernah mendengar orang berkata kasar dalam pergaulan, seperti mengumpat dengan perkataan yang tidak pantas, mencela, mencaci, ataupun menghardik. Walaupun dalam pergaulan atau dengan teman sebaya, tetapi belum tentu orang yang mendengar atau lawan bicara kita akan senang mendengar perkataan seperti itu.

c)      Raja Pisuna (tidak memfitnah)

Ada pepatah lama yang mengatakan fitnah lebih kejam daripada pembunuhan karena fitnah seolah-olah akan membuat korbannya terbunuh secara perlahan dan akan menyebabkan perasaan sakit hati yang berkepanjangan sebelum meninggal. Fitnah ini bisa timbul akibat persaiangan antarindividu yang tidak sehat. Sehingga untuk mengalahkan lawannya, bisa saja ia lakukan dengan tindakan memfitnah.

Teman-teman pasti sudah tahu bukan apa itu berbohong. Berbohong adalah mengucapkan sesuatu yang tidak sesuai dengan keadaan sebenarnya.

Nah, dari penjelasan di atas sudah dapat disimpulkan seberapa penting menjaga perkataan itu. Dalam implementasinya, saat bersosialisasi terutama dengan teman sebaya kita harus membiasakan diri untuk memikirkan terlebih dahulu apa yang akan kita katakana dan dampaknya terhadap perkataan kita. Karena walaupun kita berbicara dengan teman sebaga yang sudah sering kita ajak berkeluh kesah, bercerita, ataupun bercanda. Kita tetap tidak bisa menebak isi hati, suasana hati, tanggapan hati mereka terhadap perkataan kita yang kurang baik. Karena ada pepatah yang mengatakan, hal yang baik menurut kita belum tentu baik pula menurut orang yang mendengarnya.

Seperti contohnya ketika kita diminta untuk mengkritik hasil karya teman kita. Saat mengkritik hendaknya kita tidak secara tegas menyatakan jika karya mereka tidak bagusmenurut kita. Karena hal itu bisa saja menimbulkan ketersinggungan bagi mereka dan berpotensi untuk mereka mencap kita dengan buruk dan menghindari kita. Tentunya kita tidak mau hal itu terjadi, bukan?

Oleh sebab itu, kita bisa memilih kata-kata yang lebih tepat untuk menyampaikan kritikan kita, seperti “Lukisanmu ini sudah indah, tapi mungkin pewarnaannya bisa lebih dirapikan lagi supaya terlihat semakin indah”. Serta, tidak disarankan untuk mengungkapkan kritikan dengan kata-kata seperti ini, “Lukisanmu ini sangat jelek, kamu seharusnya bisa lebih rapi saat mewarnainya”. Meskipun kedua jenis perkataan itu bermaksud untuk membuat orang yang membuat lukisan menyadari kekurangannya dan bisa meningkatkan kualitas lukisannya tapi cara penyampaian kedua jenis kritikan itu tentu berbeda bagia siapa saja yang mendengarnya.

Tidak lepas dari fakta bahwa kita adalah makhluk sosial, jadi membangun hubungan pertemanan yang baik antarindividu itu sangatlah penting. Karena dengan adanya teman pasti akan membantu memudahkan kehidupan kita selama kita bisa menjaga hubungan pertemanan dengan baik salah satunya dengan menjaga perkataan kita ketika berbicara dengan teman. Dengan adanya teman akan ada orang yang turut membantu kita di saat kita sedang kesusahan, dengan adanya banyak teman dapat melatih kepercayaan diri kita untuk tampil di depan umum karena terbiasa untuk berinteraksi dengan orang banyak, serta membuat kita untuk terbiasa bersosialisasi dengan orang lain. Dari teman juga kita dapat belajar hal baru secara langsung ataupun secara tidak langsung, seperti cara mengontrol emosi, cara bersikap yang sopan dan santun selain dari keluarga.

Nah, ada beberapa cara yang dapat kita lakukan untuk dapat mengendalikan perkataan kita supaya tidak menyinggung perasaan orang lain, terutama ketika kita bergaul dengan teman, antara lain :

a)      Membiasakan diri untuk tidak berbicara kasar, seperti mengumpat, mencela, menghardik, menghina kepada siapapun yang ditemui.

b)      Selalu berusaha untuk berkata jujur di setiap kesempatan.

c)      Selalu berpikir sebelum berucap tentang dampak dari perkataan kita.

d)      Selalu menghargai orang lain.

e)      Melakukan persaingan yang sehat kepada siapapun yang diajak bersaing.

f)       Selalu berusaha untuk mengontrol emosi dan apabila sedang marah tetaplah berusaha untuk mengontrol perkataan yang keluar dari mulut kita.

Dengan penjelasan di atas, teman-teman sudah tau bukan apa yang harus teman-teman lakukan saat bergaul di masyarakat nantinya baik dengan orang sebaya, lebih tua, ataupun yang lebih muda. Jangan lupa ingat selalu membiasakan diri untuk mengendalikan perkataan yang keluar dari mulut kita jika sedang berinteraksi dengan orang lain, ya.

Nama : Ni Luh Ayu Dewi Sawitri

Kelas : XII IPS 2

Postingan Populer