Dang Hyang Nirartha

 Cerita Perjalanan Dang Hyang Nirartha

Selamat pagi nak, kali ini bapak akan bagikan sedikit cerita perjalanan Dang Hyang Nirartha. Hal ini terkait dengan materi sumber hukum Hindu yaitu Sila. Sila adalah tuntunan atau teladan dari orang suci yang bisa kita jadikan pedoman dalam berperilaku.

Sewaktu muda Dang Hyang Nirartha Bernama Nirartha. Belaiu adalah putra brahmana yang Bernama Dang Hyang Asmaranatha. Beliau menjalani masa grahastha dengan menikahi putri Daha anak dari Dang Hyang Panawaran. Dari pernikahan ini beliau dikaruniai 2 orang putra. Setelah lama menikah beliau kemudian didiksa dan bergelar Dang Hyang Nirartha.

Masuknya agama Islam ke tanah Jawa memberi banyak pengaruh kepada pemeluk agama Hindu. Penduduk Majapahit yang ingin mempertahankan agama Hindu terpaksa melarikan diri tempat terpencil. Hal ini juga dirasakan oleh Dang Hyang Nirartha bersama keluarganya. Atas petunjuk kerohanian beliau pindah dari Daha melakukan perjalanan ke Timur. Beliau menuju Pasuruan kemudian ke Blambangan. Dari Blambangan Dang Hyang Nirartha memutuskan menyeberang ke Bali.

Beliau menyeberangi Segara Rupek (Selat Bali) dengan membawa istri dan anaknya. Dang Hyang Nirartha menaiki labu (waluh) sementara anak dan istri naik perahu (jukung). Ternyata Dang Hyang Nirartha tiba lebih dahulu. Dari tempat beliau tiba kemudian dibangun pura Purancak. Sampai kedatangan anak dan istrinya, mereka melanjutkan perjalanan ke timur memasnuki hutan yang lebat. Berkat perlindungan dari Tuhan Yang Maha Esa perjalanan beliau selamat. Di tempat itu kemudian berdiri Pura Melanting. Selanjutnya berdiri juga pura Pulaki.

Dari Pulaki perjalanan dilanjutkan ke arah timur sampai di desa Gading Wangi. Kepala desa Gading Wangi meminta bantuan ke Dang Hyang Nirartha, karena masyarakat banyak terserang wabah penyakit. Berkat kesaktianbeliau masyarakat Gading Wangi berhasil disembuhkan. Semuanya berterimakasih dan memuji kehebatan beliau. Dari peristiwa ini Dang Hyang Nirartha mendapat sebut Dang Hyang Dwijendra dan Pedanda Sakti Wawu Rawuh.

Sangat panjang perjalanan beliau dari desa Gading Wangi beliau melanjutkan ke desa Mundeh, Mengwi, Kapal, Buagan, Mas dan sampai di Gelgel Klungkung. Di Gelgel beliau menjadi brahmana kerajaan mendampingi raja Dalem Waturenggong.

Berdasarkan petunjuk kerohanian Dang Hyang Nirartha melakukan perjalanan suci mengelilingi Bali. Dari perjalanan ini beliau menyebarkan ajaran agama Hindu kemudian mendirikan pura-pura yang menjadi sungsungan umat. Pura beliau dikenal dengan Pura Dang Kahyangan.

Perjalan beliau mulai dari Jembrana (pura Rambut Siwi), Tabanan (Pura Pakendungan dan Tanah Lot), di Badung (Uluwatu, Bukit Gong, Bukit Payung, Sakenan) di Gianyar (Air Jeruk, Tugu, Genta Samprangan, Tengkulak) di Klungkung (Batu Klotok, Goa Lawah) di Buleleng (pura Ponjok Batu).

Dari pura Ponjok Batu beliau melanjutkan perjalanan ke Lombok, di Lombok beliau diberi gelar Tuan Semeru. Di Lombok didirikan pura Pura Suranadi, Labuhan Aji. Dari Lombok beliau menuju Sumbawa. Disini beliu dijuluki pangeran Sangupati.

Setelah melakukan perjalanan beliu Kembali ke Bali kemudian menyucikan (madiksa) putra-putrinya yang disaksikan oleh Dalem Waturenggong. Setelah itu beliau bersiap untuk melepaskan keduniawian. Beliau melakukan perjalanan untuk menyucikan diri. Dari perjalanan ini dibangun pura-pura seperti pura Pangajengan, Pura Masceti, Pura Peti Tenget. Dari Peti Tenget beliau melanjutkan perjalanan ke Uluwatu. Di pura itu dikatakan Dang Hyang Nirartha moksa yaitu pada Selasa Kliwon Medangsia.

 

Postingan Populer