Belalang dan Semut
Belalang
dan Semut dua sahabat yang suka bermain bersama. Ketika pagi mereka pergi ke
taman untuk berjalan-jalan. Langkah mereka terhenti ketika melihat sesuatu yang
menarik di balik daun. Benda itu bulat, bening, dan mengkilat diterpa sinar
matahari. Belalang dan Semut mendekat untuk mencari tahu. Alangkah senangnya mereka
ketika tahu benda itu adalah sebongkah permen. Makanan kesukaan mereka.
"Wah,
harta karun, beruntung sekali kita. Tak sabar aku ingin menikmatinya. Manis pasti
rasanya." Ucap belalang sambil melompat kegirangan.
"Karena
kita sama-sama menemukannya. Bagaimana kalau kita membaginya saja?" Semut
memberi saran kepada teman baiknya itu. Mereka adalah dua sahabat yang saling
berbagi setiap menemukan makanan.
"Aku
setuju, permen ini akan aku bagi dua. Masing-masing akan mendapatkan bagian
yang sama. Bagianku akan aku menikmati sendiri. Bagaimana denganmu Semut?"
"Terimakasih
Belalang. Aku akan membawa bagianku pulang. Mengapa kamu tak membaginya dengan teman-temanmu?"
"Permen
ini sungguh lezat sulit rasanya berbagi. Aku akan terbang sejauh mungkin sebelum
teman-temanku datang." Belalang mengangkat permennya ke punggung.
"Baik
Belalang, terbanglah dulu! Aku masih menunggu teman-temanku datang".
"Baik
Semut, aku terbang dulu ya.” Belalang meloncat terbang meninggalkan semut.
Dalam hati dia tidak setuju semut mau berbagi. Menurutnya permen itu lebih dinikmati
sendiri.
Tak
lama kawanan semut yang ditunggu datang. Mereka membagi tugas masing-masing.
Semut yang berjalan di depan bertugas untuk menunjukkan jalan. Semut di
belakang mengikuti dengan membawa permen yang dibawa bersama. Panas yang terik
tidak menyurutkan semangat mereka membawa permen.
Belalang
terbang tinggi sambil mengawasi teman-temannya dari kejauhan. Dia benar-benar
tidak ingin membagi permennya. Dalam pikirannya sudah terbayang betapa enaknya
permen yang dibawanya itu. “Permen rasa strawberry, rasa favoritku.” Begitu
gumamnya dalam hati. Dia akan membawa permen itu ke tanah lapang yang sudah pasti
tidak ada belalang lain di sana.
Tak
terhitung jauhnya Belalang terbang, keanehan pun terjadi. Semakin lama permen
itu terasa semakin ringan. Ketika diraba permen itu semakin kecil. Ternyata permen
itu meleleh, sinar matahari yang terik telah membakarnya. Belalang turun
menyadari kesalahannya. Badannya lesu ketika menyadari permen yang dibawanya telah
hilang tak tersisa.
Berbeda
dengan semut yang mau berbagi dengan teman-temannya. Permen itu dibawa
bersama-sama menuju rumah. Ternyata mereka sudah ditunggu teman-teman lain yang
juga menemukan makanan. Rumah itu pun dipenuhi dengan makanan lezat yang bisa
dinikmati bersama. Anugerah yang didapatkan menjadi sangat berharga ketika
dibagi dan dinikmati bersama.
Oleh,
I Nyoman Sutarjana