Sekelumit tentang Sidharta Gautama

 Sidharta Gautama


Selamat Pagi nak,

Hari ini bapak bercerita sedikit tentang Sidharta Gautama. Beliau adalah pendiri filsafat Budha.

Kebetulan bapak suka dengan kisah beliau. Bapak akan ceritakan sedikit. Kalian bisa mencari lagi kisahnya di sumber lain.

Sidharta Gautama adalah Anak dari raja Sudhodana, ibunya Yasodhara, kerajaannya bernama Kapilawastu sekarang disebut dengan Nepal. Ketika kecil raja Sudhodana mengundang brahmana untuk meramal anaknya. Brahmana itu menyampaikan kelak anak ini memiliki 2 pilihan menjadi raja yang besar atau menjadi pertapa. Raja Sudhodana ingin anak ini menjadi raja besar, kemudian diberi nama Sidharta Gautama, raja besar penguasa dunia ini.

Dari harapan itu juga muncul ketakutan. Raja takut anak ini akan menjadi pertapa. Meninggalkan kerajaan dan membuat silsilahnya akan terputus. Karena itu raja Sudhodana memenjarakan Sidharta secara halus. Dia didiamkan di kerajaannya, tidak boleh keluar. Istana dibuat dengan semeriah dan semegah mungkin. Tidak boleh ada orang sakit atau orang tua di lingkungan istana. Segala keingan Sidharta dipenuhi.

Justru segala kemewahan yang dirasakan Sidharta justru membuatnya bosan, dan selanjutnya dia merasakan kehampaan. Hidupnya terasa seperti perulangan yang membosankan. Suatu kali dia punya kesempatan keluar istana. Dia mengajak pelayan keluar istana dan berkeliling. Ketika berkeliling dia melihat berbagai pemandangan yang tidak dilihatnya ketika di istana.

Pertama dia melihat orang tua. Sidharta bertanya perihal orang tua tersebut. Pelayan menyampaikan bahwa semua makhluk yang hidup akan mengalami hal itu. Menjadi tua kemudian mati. Sidharta merasa sedih.

Kedua, melihat orang sakit. Sidharta kembali bertanya. Pelayan menjawab tubuh ini tidak sempurna. Sewaktu-waktu bisa sakit. Semua makhluk pasti mengalami sakit. Sidharta merasa sedih.

Yang ketiga, sidharta melihat pertapa. Sidharta kembali bertanya. Pelayan menjawab pertapa adalah orang-orang yang berusaha membebaskan diri dari penderitaan. Hidup ini adalah penderitaan. Pertapa berusaha untuk terbebas dari lingkaran kelahiran dan kematian.

Sidharta merasakan kesedihan. Dan muncul keinginan menjadi seorang pertapa. Dia pun meninggalkan istana. Meninggalkan istri dan anaknya yang bernama Rahula. Rahula artinya yang mengikat. Sidharta berat meninggalkan anaknya. Karena tekadnya untuk menjadi pertapa, dia melepaskan semuanya.

Sidharta belajar dari pertapa ke pertapa. Dia cepat belajar dan menerima ilmu. Tapi sidharta belum merasa puas. Dia belum menemukan rahasia terlepas dari penderitaan. Sidartha mengikuti pertapaan sampai yang ekstrim. Sidharta tidak makan ataupun minum. Tidak lari dari berbagai cuaca, dingin, panas, hujan dsb. 

Sidharta hampir menghembuskan nafas terakhirnya. Dia terjatuh. Seorang pelayan yang kasian dengan kondisinya memberinya minum. Dalam detik yang genting itu. Sidharta memikirkan senar kecapi. Senar yang terlalu kencang, tidak menghasilkan suara yang bagus, malah akan putus. Hal itu sama dengan tapa yang dia lakukan. Senar yang terlalu kendur juga tidak menghasilkan suara yang bagus. Kecapi akan menghasilkan suara yang bagus, jika senar tidak kendur dan tidak terlalu kencang.

Sidharta menerima minum yang menyelamatkan hidupnya. Setelah itu dia bertapa di pohon bodhi. Dan bersumpah tidak akan selesai sebelum mencapai pencerahan.

Ajaran Budha namanya Jalan Tengah. Tidak ke kiri, tidak ke kanan. Penderitaan ini muncul karena dua hal. Pertama terlalu menolak kenikmatan duniawi. Melakukan puasa ketat. Tidak menjamin kita terbebas dari penderitaan. Kedua terlalu terhanyut kepada kenikmatan duniawi. Budha mengajarkan kita untuk berjalan seimbang, tidak menolak tapi tidak terhanyut.

Budha adalah Awatara Hindu yang berbeda dengan awatara lainnya. Budha adalah awatara yang dari bawah kemudian naik. Budha menjalani penderitaan yang kita alami, kemudian naik dan memperoleh pencerahan (budhi). Hal ini menjadi teladan bagi kita dalam menjalani hidup.

Budha sebagai ajaran filsafat adalah bentuk krtitik terhadap penerapan ajaran Weda. Budha disebut sebagai filsafat Nastika. Budha mengkritik:

1. Penerapan upacara yang berlebihan

2. Budha menolak dominasi brahmana

3. Budha mengajarkan semua manusia memiliki potensi untuk mencapai nirwana (moksa)

4. Budha menolak kasta

5. Budha mengajarkan jnana menggunakan pemikiran kita dengan bijak.

Waisak disebut juga hari tri suci. Karena memperingat 3 peristiwa penting. Hari kelahiran budha, Hari memperoleh pencerahan, dan hari kematian Budha.

Ayo, kalian tulis apa makna yang bisa kalian ambil dari cerita tsb!

Tulis di kolom komentar!

Postingan Populer