Darsana adalah Sistem Filsafat Hindu

 Darsana adalah sistem filsafat Hindu.


Filsafat adalah ilmu untuk mencari kebenaran yang hakiki. Dari arti katanya filsafat artinya Cinta Kebijaksanaan.

Filsafat sangat erat dengan pikiran. Dengan pikiran manusia berfilsafat. Manusia adalah satu-satunya makhluk yang berfilsafat.

Pernahkah kalian memikirkan sesuatu yang mendalam? Misalnya, kalian memperhatikan sesuatu dengan lebih seksama. Misalnya mengamati pohon. Mengamati bagian-bagiannya. Memperhatikan bagian dalamnya. Saat itu kita bisa termasuk berfilsafat. Filsafat artinya kita mencari nilai di balik nilai.

Pikiran adalah alat untuk berfilsafat. Filsuf Yunani Rene Descartes mengatakan "Cognito ergo sum" "Saya berpikir saya ada" Pikiran dalam agama Hindu disebut sebagai Rajendria, pikiran adalah raja dari indria. Dengan pikiran kita bisa mengungkap kebenaran. Dengan pikiran juga bisa mengungkapkan keberadaan kita.

Misalnya ketika kita berpikir Kita memiliki sifat yang percaya diri. Maka kita akan percaya diri. Jika kita berpikir menjadi seorang guru. Maka kita akan menjadi guru. Dengan demikian kita harus berhati-hati dengan pikiran kita.

Mempelajari Darsana bisa menjadi kesempatan melatih pikiran kita. Melatih keterampilan berpikir logis. Melatih sikap kritis kita. Menggali sendiri kebenaran yang kita yakini. Kemudian kita memiliki keterbukaan atau toleransi terhadap orang yang berbeda sudut pandang kebenaran.

Darsana berasal dari kata drs yang artinya melihat. Dari melihat menjadi pandangan. Pandangan artinya bagaimana cara kita bersikap terhadap sesuatu. Dari penglihatan akan mempengaruhi pikiran kita. Pikiran ini akan membentuk pandangan.

Kebenaran diibaratkan seekor gajah. Gajah ini ditafsirkan oleh orang-orang buta. Orang-orang buta itu ibaratnya kita. Yang kebetulan memegang ekor, mereka akan bilang gajah itu panjang seperti tali. Yang memegang telinga, akan bilang gajah itu lebar dan tipis. Begitu yang lainnya.

Darsana menyadari bahwa kebenaran bisa dilihat dari berbagai sisi. Sehingga muncul sikap yang toleran. Artinya dapat menerima perbedaan. Namun tidak terhanyut dari perbedaan itu, berpegang teguh pada keyakinan diri tidak terpengaruh perbedaan.

Darsana ini bersumber pada Weda. Weda artinya pengetahuan, meliputi pengetahuan duniawi dan rohani. Pengetahuan duniawi ini diartikan sebagai ilmu. Pengetahuan rohani diartikan pengetahuan agama. Ilmu dan agama sama-sama bersumber dari Weda.

Darsana memiliki 2 aliran, Nastika dan Astika. Dari hal ini bisa disimpulkan bahwa Weda merangkul Nastika dan Astika, menerima untuk yang mengakui dan tidak mengakui sebagai sumber ajaran tertinggi. Begitulah luasnya Weda, sehingga dijuluki sanatana dharma, kebenaran abadi.

Nastika artinya aliran filsafat yang tidak menerima ajaran Weda sebagai kebenaran tertinggi. Hal ini maksudnya adalah Nastika bisa saja menolak ajaran Weda secara utuh. Misalnya pada Carwaka. Carwaka aliran filsafat yg bersifat atheis, tidak percaya Tuhan, tidak percaya surga neraka.

Namun ada juga Nastika yang menjalankan salah satu ajaran Weda. Misalnya Jaina. Ajaran ini mengutamakan Ahimsa, tidak membunuh/menyakiti. Jaina percaya bahwa tujuan hidup ini adalah supaya kelak bisa menyatu dengan pendahulunya/pendirinya.

Bhuda adalah aliran Nastika yang mengkritik penerapan Weda. Weda pada waktu itu hanya dijalankan dengan ritual atau upacara semata, tanap memperhatikan aspek Jnana atau pengetahuannya. Budha juga menolak dominasi Brahmana. Menolak adanya kasta. Ajaran Budha disebut dengan jalan tengah.

Jadi aliran Nastika dapat diartikan menjadi:

1. Menolak ajaran weda secara utuh

2. Memfokuskan dan menjalankan satu ajaran Weda

3. Mengkritik penerapan ajaran Weda

Demikian sedikit ulasan tentang Darsana. Darsana mengajarkan kita mengutamakan pikiran sebagai raja indria. Kita harus mengoptimalkan pikiran kita. Melatih sikap kritis. Melatih sikap toleransi.

Coba kalian ceritakan: mengapa manusia dikatakan sebagai makhluk yang sempurna!

Kalian bisa jawab di kolom komentar

Postingan Populer