Apakah Guru Merdeka di Kurikulum Merdeka?
Aku masih ingat pidato Menteri Nadiem Makarim di awalnya
menjabat sebagai Menteri Pendidikan, isinya kurang lebih begini “Guru diberikan
tugas yang berat yaitu mencerdaskan anak bangsa, tetapi setiap hari guru
dibebankan dengan tugas administrari.” Ini mewakili jeritan hatiku sebagai
seorang guru, tumben aku terharu di hari pendidikan karena merasa ada pemimpin
yang mengerti keluhanku.
Namun seiring waktu rasanya kocak sekali. Guru benar-benar
belum merdeka dari administrasi. RPP yang awalnya ringan banget karena cukup
dibuat satu lembar. RPP berganti nama menjadi modul dan isinya
berlembar-lembar. Kembali lagi aku hanya geleng-geleng kepala.
Kurikulum Merdeka disambut dengan makin maraknya baju-baju
bertuliskan Merdeka Belajar. Hanya saja mengapa tak banyak baju yang
bertuliskan Merdeka Mengajar. Apakah ini semacam pesan tersembunyi. Bahwa guru
selama ini masih jauh dari kata merdeka, ya setidaknya merdeka dari
administrasi. Bukan administrasi yang berevolusi istilah saja, misalnya KI
diganti dengan CP, silabus berganti ATP, RPP berganti modul.
Aku jadi ingat jaman SMP, ketika SPP dihapuskan tapi
berganti BP3. Rasanya kayak gitu lah. Sebenarnya tidak mungkin juga guru
terlepas dari administrasi karena administrasi juga diperlukan. Kurangnya
mungkin perlu dibuat lebih efektif dan efesien. Aku mengeluhkan administrasi
bukan berarti mengharap administrasi hilang. Konteks merdeka juga bukan berarti
bebas lepas, tentu saja merdeka yang bertanggung jawab. Administrasinya kurang
efektif efisein sih menurutku.
Kayak dulu, RPP 1 lembar rasanya enak banget. RPP paling
tidak berisi kegiatan pembelajaran (pendahuluan, kegiatan inti, penutup) kayak
buku saja ya. Kegiatan seperti Pembelajaran Berdiferensiasi dan KSE cukup dijelaskan
pada kegiatan inti. Ya, cukup inti-intinya saja. Sehingga waktu guru bisa
dialokasikan untuk kegiatan lainnya misal membuat media ajar atau mengobrol
dengan murid.
Oh ya, lagi satu, CP tidak harus berubah juga setiap
tahunnya. Sehingga tim penulis buku ajar bisa menyempurnakan isi buku
sebelumnya. Mengisi gambar atau membahasakan buku agar sesuai dengan Bahasa murid.
Karena menurutku buku ajar perlu dibahasakan lebih mudah. Saya sendiri sulit
memahaminya sehingga saya perlu waktu untuk membuat media ajar dengan Bahasa yang
lebih sederhana.
Guru memang belum merdeka, dia masih berjuang di sela-sela tuntutan administrasi dan tanggung jawab moralnya kepada murid. Guru mungkin dibuat pusing dengan kurikulum yang sulit dimengerti tapi ketika berhadapan dengan murid, guru harus tersenyum. Guru harus tetap menanamkan hati merdeka pada murid-murid. Tetap tersenyum dan memandang positif masa depan. Kelak jika mereka jadi Menteri semoga menemukan formula untuk memerdekan guru-gurunya.
MAN 14-08-24