Kisah Kebo Iwa Part 3
Kebo Iwa Pemimpin Desa Blahbatuh
Warga
desa menyambut kedatangan Kebo Iwa, mereka menyambut dengan syukuran sederhana.
Warga desa duduk di balai desa menikmati makanan yang disediakan oleh Sri
Karang Buncing. Upacara penyambutan yang bahagia itu kini disambut haru karena
dilakukan dengan sembunyi-sembunyi.
Pemimpin desa yang baru adalah
pemimpin yang kejam, warga desa diharuskan menyetor pajak 2 kali lipat. Warga
desa diawasi oleh pasukan pemungut pajak. Tidak ada satu pun yang berani
melawan pemimpin desa itu.
Kebo Iwa akhirnya tahu kenapa
desanya kini berubah, rumah-rumah desa banyak yang rusak. Sawah dan ladang
terlihat kering inilah sebabnya desanya tidak semakmur dulu. Warga desa hidup
dalam tekanan.
Melihat hal ini Kebo Iwa tidak bisa
tinggal diam, dia berjanji akan menyelesaikan masalah desa. Dia akan menemui
pemungut pajak yang lalim itu. Kebo Iwa juga berjanji akan melatih pemuda desa
bela diri, sehingga mereka bisa menjaga desanya dari tekanan pemungut pajak.
Ujian untuk menjadi abdi kerajaan
tinggal sebulan dalam waktu itu Kebo Iwa terasa cukup untuk membangun desa.
Kebo Iwa mendatangi petugas pajak yang kejam itu, menyuruhnya berhenti memeras
warga desa. Pemungut pajak itu tidak terima kemudian menyerang Kebo Iwa. Petugas
pajak memanggil anak buahnya untuk menyerang Kebo Iwa. Semua pasukan bahkan
petugas pajak itu tidak bisa meladeni kekuatan Kebo Iwa.
Warga desa ingin menjadikan Kebo Iwa
sebagai kepala desa namun kepala desa biasanya berasal dari pegawai kerajaan.
Kebo Iwa mengatakan bahwa dia akan mengikuti undagi kerajaan. Sebelum
itu dia melatih pemuda desa bela diri, semua pemuda desa antusias untuk menjadi
pasukan penjaga desa. Pasukan itu kemudian bernama Bala Batu, bala artinya
pasukan dan batu artinya batu. Pasukan yang memiliki kekuatan sekeras batu.
Kebo Iwa mengikuti ujian menjadi
abdi kerajaan, dia ingin menjadi undagi yang sedang membangun candi
untuk makam raja Anak Wungsu. Candi itu agak berbeda karena akan dibangun pada
bibir tebing Sungai Pakerisan. Bibir tebing itu berisi batu andesit yang keras.
Tentu ini sangat mudah bagi Kebo Iwa, karena dia dianugerahi memiliki kuku yang
keras dan tajam. Ketika akan mengajukan diri kepada petinggi kerajaan, Kebo Iwa
dihadang oleh pegawai pajak. Dia menuduh Kebo Iwa tidak mau membayar pajak.
Petinggi kerajaan itu adalah Ki
Pasung Grigis, dia adalah mahapatih kerajaan Bedahulu. Melihat keributan itu Ki
Pasung Grigis memanggil Kebo Iwa. Kebo Iwa menghormat dan menyampaikan keadaan
dengan sebenar-benarnya. Melihat adab Kebo Iwa yang baik, Ki Pasung Grigis
percaya apalagi setelah tahu dia adalah murid Ki Soma Kepakisan. Pasung Grigis
dan Soma Kepakisan adalah sahabat dekat.
Melihat kehebatan Kebo Iwa, Ki
Pasung Grigis justru mengangkat Kebo Iwa sebagai prajurit kerajaan yang
ditugaskan menjaga keamanan kerajaan. Kebo Iwa dengan senang hati menerima
tugas itu karena dia bisa menjaga desanya.
Ki Pasung Grigis mengajari Kebo Iwa
berbagai ilmu perang dan kepemimpinan. Kebo Iwa belajar tentang strategi menjaga
keamanan kerajaan dari serangan musuh. Kebo Iwa juga diajarkan bagaimana
menjadi pemimpin yang baik. Pemimpin yang baik harus mampu menjalankan Tri Kaya
Parisudha atau tiga perbuatan yang mulia. Berkata yang baik, berpikir yang
baik, dan berbuat yang baik.
Pembangunan candi di tebing sungai
Pakerisan berlangsung dalam pengawasan Kebo Iwa. Kebo Iwa ikut membantu memahat
dinding tebing dengan kukunya. Tidak lama berdirilah deretan candi yang besar
di dinding tebing. Candi kemudian bernama Candi Gunung Kawi.
Raja Bedahulu sangat terkesan dengan
karya Kebo Iwa. Tidak salah orang-orang kerajaan memuji namanya. Kebo Iwa tidak
hanya menjalankan tugasnya sebagai prajurit kerajaan melainkan juga memimpin
pembangunan Candi Gunung Kawi.
Raja
Bedahulu berkenan mengabulkan permintaan Kebo Iwa dia ingin menjadi pemimpin di
desanya. Kebo Iwa juga diijinkan memberi nama desanya. Desa itu diberi nama
Blahbatuh. Nama itu dipilih karena dia ingat dulu membelah batu untuk membuat
patung gurunya. Kebo Iwa membangun sekolah di desanya. Kebo Iwa juga melatih pasukan
balabatu agar menjadi prajurit yang kuat. Kebo Iwa juga membangun berbagai
tempat suci di desa seperti Pura Goa Gajah, Pura Kebo Edan, Candi Tebing
Tegalinggah. Kebo Iwa adalah pahlawan desa, kebanggaan masyarakat Blahbatuh.
Untuk mengenang jasanya wajahnya diarcakan di Pura Gaduh. Pura yang memberkati
kelahirannya.
Giri Emas, 27/2/2023
I Nyoman Sutarjana