Kisah Kebo Iwa Part 2
Kebo Iwa Belajar dari Ki Soma Kepakisan
Kebo
Iwa pamitan kepada orang tuanya, dia akan bersekolah selama 6 tahun. Ayah dan
Ibu menasihatinya supaya rajin belajar dan patuh dengan perintah Ki Soma
Kepakisan. Kebo Iwa harus menjadi anak yang pintar untuk membanggakan keluarga
dan desanya. Dia adalah satu-satunya anak dari Sudra Warna yang diijinkan
mengenyam pendidikan.
Kebo Iwa juga berpamitan kepada
warga desa, juga kepada teman yang mengolok-ngoloknya dulu. Mereka merasa malu
dengan perbuatannya. Kebo Iwa berjanji akan kembali dan membangun desanya. Dia
akan membangun sebuah sekolah bagi warga desa belajar.
Perjalanan ke asrama cukup jauh,
apalagi Kebo Iwa berangkat subuh. Dia ingin sampai ke sekolah tepat ketika
pembelajaran dimulai. Kebo Iwa bergegas berjalan menyusuri pinggir sungai
Pekerisan. Sekolah itu tepat berada di hulu sungai Pakerisan.
Gerbang sekolah dibuka bertepatan
dengan kedatangan Kebo Iwa. Dia segera menemui Ki Soma Kepakisan. Murid-murid
duduk membentuk lingkaran di tengahnya Ki Soma Kepakisan duduk pada kursi batu.
Kebo Iwa menghadap menyampaikan hormat. Murid-murid merasa heran dengan
kehadiran Kebo Iwa yang terlihat berasal dari keluarga miskin.
Kebo Iwa memperkenalkan diri kepada
teman-temannya. Dia melihat sebagian menertawakan penampilannya. Namun Kebo Iwa
membalasnya dengan senyum. Sebagai awal pembelajaran Ki Soma Kepakisan
menanyakan keahlian Kebo Iwa. Kebo Iwa sangat ahli dalam bidang pertanian,
selain itu dia suka mengukir batu.
Ki Soma Kepakisan menyuruh Kebo Iwa
mengambil batu di Sungai Pakerisan dan menunjukkan keahlian ukirnya. Kebo Iwa
datang membawa batu yang sangat besar. Teman-temannya tertawa, bagaimana dia
bisa memahat batu yang besar.
Batu yang besar diletakkan di tengah
lingkaran di depan Ki Soma Kepakisan. Kebo Iwa menunjukkan keahlian yang belum
dia perlihatkan kepada siapa pun, termasuk orang tuanya. Dia memahat batu itu
dengan kukunya. Pertama dia membelah batu itu membentuk kubus. Dari kubus itu
Kebo Iwa membuat garis-garis untuk menentukan bagian yang akan dipahat.
Kebo Iwa tekun memahat batu dengan
kukunya. Hal itu menarik perhatian murid-murid dari tingkat di atasnya.
Menjelang siang batu itu sudah berubah wujud menjadi bentuk yang sangat dikenal
murid-murid sekolah. Batu itu kini menjadi patung Ki Soma Kepakisan yang
berdiri dengan tongkatnya.
Ki Soma Kepakisan membenarkan
kata-kata ibu Kebo Iwa, bahwa anaknya adalah anak yang istimewa. Kebo Iwa
sangat berbakat dalam rancang bangun. Dia akan menjadi undagi atau
tukang bangunan yang hebat. Ki Soma Kepakisan mengajarkan Kebo Iwa ilmu
matematika, seni memahat, dan seni bangunan.
Ibu Kebo iwa sudah berjanji bahwa
Kebo Iwa tidak hanya belajar disana, Kebo Iwa juga bekerja. Subuh sebelum pelajaran
dimulai Kebo Iwa sudah di dapur membantu memasak. Setelah itu dia mencarikan
rumput sapi-sapi asrama. Kebo Iwa juga sering membantu memerah susu.
Perlahan teman-teman Kebo Iwa mulai
mengaguminya, mereka malu karena sudah menghina Kebo Iwa. Mereka pun tak segan
meminta pelajaran dari Kebo Iwa walaupun warna atau status mereka
berbeda. Warna tidak ditentukan oleh keturunan atau kekayaan melainkan
dari keahlian yang dimiliki.
Tidak terasa 6 tahun sudah masa Kebo Iwa belajar. Kini dia sudah menjadi undagi yang hebat tidak hanya itu dia tumbuh menjadi orang yang baik hati. Ki Soma Kepakisan menyarankan Kebo Iwa mengikuti seleksi menjadi undagi istana. Kerajaan Bedahulu sedang membangun candi untuk menghormati raja Anak Wungsu yang wafat. Anak Wungsu adalah kakek dari raja Bedahulu.