menulis dongeng tema persahabatan

 

Belalang dan Semut

 

Suatu pagi Belalang dan Semut berjalan-jalan di taman. Hari itu adalah hari Minggu anak-anak senang bermain di sana. Biasanya mereka akan menyisakan remah-remah makanan. Belalang dan Semut bermain sambil menunggu remahan makanan yang jatuh. Ketika asyik bermain petak umpet, Semut menemukan permen yang beraroma strawberi. Seorang anak tanpa sengaja menjatuhkan permennya. Cepat-cepat Semut memanggil sahabatnya.

"Wah, harta karun. Beruntung sekali kita menemukan permen yang lezat ini. Tak sabar aku ingin menikmatinya," ucap Belalang sembari melompat kegirangan.

"Ya, permen ini kita temukan berdua, kita harus membaginya sama rata,” saran Semut kepada Belalang.

"Aku setuju. Biarkan aku yang membaginya. Bagianku akan aku nikmati sendiri. Permen ini terlalu enak untuk dibagi dengan teman-temanku. Bagaimana dengan bagianmu Semut?"

"Hm, aku akan membaginya bersama teman-teman. Aku ingin membawanya pulang. Mengapa kamu tak membaginya dengan teman-temanmu?"

"Permen ini milikku aku berhak menikmatinya sendiri. Aku akan terbang sebelum teman-teman melihatku," Belalang bergegas akan terbang.

"Baik Belalang. Terbanglah dahulu! Aku menunggu teman-temanku datang. Aku tak bisa membawa permen ini sendiri,"

"Baik Semut, selamat menikmati bagianmu!” Belalang terbang meninggalkan Semut. Dalam hati dia tidak setuju dengan Semut. Permen itu akan semakin sedikit jika dibagi tentu tidak akan puas menikmatinya.

Tak lama kawanan semut datang. Mereka membagi tugas masing-masing. Semut di depan bertugas untuk menunjukkan jalan. Menyingkirkan ranting dan daun yang melintang. Semut di belakang membawa permen bersama-sama. Permen itu akan dikumpulkan sebagai persedian makan di musim kemarau.

Belalang terbang tinggi sambil mengawasi teman-temannya, dia akan membawa permen itu ke tanah lapang. Tentu tidak ada teman-temannya di sana. Dalam pikirannya sudah terbayang betapa enaknya permen yang dibawanya itu. “Permen rasa strawberry, rasa favoritku.” begitu gumamnya sambil menahan air liurnya.

Tak terhitung jauhnya Belalang terbang, keanehan pun terjadi. Semakin lama permen itu terasa semakin ringan. Dia pun melihat lelehan permen yang jatuh. Dirabanya punggungnya, permen bagiannya semakin kecil. Rupanya sinar matahari semakin terik, membakar dan melelehkan permen. Terlambat karena permennya memudar lalu hilang tak bersisa. Permen turun dan menangisi kesalahannya.

Berbeda dengan semut yang mau berbagi dengan teman-temannya. Permen itu dibawa bersama-sama menuju rumah. Ternyata mereka sudah ditunggu teman-teman lain yang juga menemukan makanan. Rumah itu pun dipenuhi dengan makanan lezat yang bisa dinikmati bersama. Anugerah yang didapatkan menjadi sangat berharga ketika dibagi dan dinikmati bersama.

 

Si Tangan Ajaib

 

Kertas dan Plastik adalah dua sahabat setia. Mereka diciptakan dari alam, Kertas diciptakan dari kulit pohon. Plastik diciptakan dari minyak bumi. Kertas dan Plastik memiliki aneka ragam warna dan manfaat. Ketika manusia kesulitan Kertas dan Plastik siap membantu. Kertas sering dipakai menulis dan Plastik sering dipakai untuk membungkus barang. Lama kelamaan manusia menjadi ketergantungan dengan Kertas dan Plastik. Jumlah mereka pun semakin banyak.

Masalah datang ketika musim hujan. Manusia yang ceroboh sering menyia-nyiakan Kertas dan Plastik. Akibatnya keberadaannya sering tidak terkendali, Kertas dan Plastik yang sudah tidak terpakai sering dibuang sembarangan. Kertas dan Plastik menumpuk dan mendatangkan masalah. Ketika hujan sampah sering menghambat laju air. Banjir dan tanah longsor tak bisa dihindari, memberi kerugian materi bahkan nyawa.

Plastik termangu di tumpukan sampah, ia bersedih merenungi nasibnya. Hubungannya dengan manusia begitu singkat, padahal dia senang membantu manusia. Hanya ketika tidak berguna Plastik dibuang begitu saja. Plastik dan Kertas kini berada di tempat penampungan sampah. Hujan turun dengan deras mereka bisa saja terbawa arus dan menyangkut dimana-mana.

"Aku sedih manusia membenciku. Padahal aku ingin membantu mereka aku pun berharap tidak menjadi penyebab banjir. Kalau saja aku bisa menghentikan banjir tentu aku tidak dibenci lagi,” Plastik menyampaikan kesedihannya kepada Kertas.

"Jangan bersedih, banjir ini bukan sepenuhnya salah kita. Manusia kurang bijak memakai kita. Walau kecewa aku juga ingin membantu manusia. Aku dengar di ujung desa ini ada orang yang bisa membantu kita."

"Hmm kalau tidak salah namanya Ki Taro. Kakek yang katanya memiliki tangan ajaib yang bisa merubah benda menjadi barang berharga. Ayo kita kesana!" ajak Plastik penuh semangat.

“Kalau berhasil kita ajak semua teman-teman kita ke sana. Kita coba menemukan jalan terlebih dahulu karena letaknya sangat jauh.”

Kertas dan Plastik bergegas menuju ujung desa. Angin yang bertiup kadang membawa mereka terbang. Banyak rintangan yang mereka lewati menyusuri tanah lapang dan ranting pohon yang bisa menangkap mereka. Perjalanan masih panjang ada lembah dan sungai yang harus mereka lewati.

Langkah Plastik bergetar melihat lembah yang curam dan dalam. Plastik melihat ranting-ranting yang tajam yang bisa merobek tubuhnya. Plastik terdiam memikirkan hal buruk yang akan dia alami. Plastik takut ketinggian. Melihat hal itu Kertas datang menwarkan bantuan.

"Jangan khawatir, aku akan menolongmu. Naiklah ke punggungku. Aku akan membawamu terbang. Aku suka dengan angin," Kertas merubah dirinya menjadi pesawat lalu terbang.

“Wah, terima kasih Kertas,” dengan senang hati Plastik melompat ke punggung Kertas. Mereka melaju menuruni lembah bersama angin. Kertas dan Plastik senang sekali bisa sampai dengan selamat.

Setelah melewati lembah, mereka berjalan menyusuri hutan. Ada banyak binatang yang bisa saja menangkap mereka. Langkah Plastik terhenti ketika bertemu sungai. Dia tahu tubuhnya tidak boleh terkena air, itu bisa membuat badannya hancur. Plastik gentar menahan rasa takutnya. Plastik menghampiri temannya menawarkan bantuan.

"Kawan sekarang giliranku membantu. Aku suka dengan air tubuhku pun tahan air. Naiklah ke punggungku! Aku akan membawamu ke seberang," Plastik membuat tubuhnya terbentang menyerupai perahu.

“Wah, terima kasih Plastik,” Kertas melompat ke punggung Plastik. Mereka menyeberangi mengarungi arus sungai yang deras. Beruntung mereka sampai di seberang sungai dengan selamat.

Kertas dan Plastik melanjutkan perjalanan menyusuri hamparan bunga yang elok tercium aroma yang sangat wangi. Di ujung taman terlihat rumah yang tampak asri. Beruntung Kertas dan Plastik sudah dekat dengan tujuannya. Kertas dan Plastik berlari dengan riang agar cepat sampai.

Ki Taro menyambut Kertas dan Plastik dengan senang hati. Senyumnya masih terlihat walau tertutup janggut tebal. Walau sudah tua tapi Ki Taro terlihat sangat bugar. Bergegas Ki Taro menyuruh Kertas dan Plastik duduk di kursi kayu. Kertas dan Plastik menyampaikan maksud kedatangan mereka untuk meminta tolong.

"Kalian sangat menyayangi manusia walau mereka menyia-nyiakan kalian. Tentu saja kakek bisa membantumu. Ayo masuk ke ruang kerjaku!” ucap Kakek Taro. Kertas dan Plastik menuruti perintah Ki taro. Mereka bergegas menunggu keajaiban yang akan terjadi.

Ruang kerja Ki Taro ternyata dipenuhi dengan sahabat Kertas dan Plastik mereka nampak riang. Ada Kaleng yang menggantung menjadi hiasan dinding. Ada Botol Kaca yang menjadi tempat bunga. Ada karet yang menjadi alas duduk. Ternyata mereka memang dikumpulkan oleh Ki Taro di daerah setempat. Mereka Nampak bahagia.

Ki Taro pun mendaur ulang Kertas dan Plastik dengan tangan ajaibnya. Ki Taro begitu hati-hati melipat Kertas dan Plastik. Tak lama mereka pun berubah menjadi benda baru yang bagus. Kertas dilipat dan disatukan dengan teman-temannya sehingga menjadi bingkai foto yang cantik. Plastik dirubah menjadi layang-layang yang besar. Kini dia tidak takut ketinggian lagi, dia senang terbang bersama angin.

Kertas dan Plastik menemukan cara untuk menghentikan banjir yaitu mengajak semua teman-temannya ke rumah Ki Taro. Mereka akan didaur ulang menjadi benda yang bermanfaat. Mereka tidak lagi menjadi sampah yang menyebabkan banjir. Manusia akan berterimakasih kepada Kertas Plastik.


Kebo Iwa dan Gajah Mada

 

Sri Karang Buncing tertunduk dalam doa di pura Gaduh. Doa dihadiri oleh warga desa dipimpin oleh seorang pendeta. Istri Sri Karang Buncing menangis mengingat sudah lama dia belum dikaruniai anak. Warga desa turut perihatin dan mendoakan pemimpin desa mereka. Sri Karang Buncing terkenal sangat peduli dengan warganya. Sudah 10 tahun pernikahan beliau belum dikaruniai putra. Kesedihan Sri Karang Buncing menjadi kesedihan seluruh warga desa Blahbatuh.

Desa Blahbatuh adalah desa yang terletak di bagian selatan pulau Bali. Desa yang sebagian besar warganya bekerja sebagai petani mengolah lahan pertanian. Hari-hari diisi dengan pekerjaan di sawah dan menggelar doa memohon kesuburan tanah. Tak berselang lama kabar baik menghampiri warga Blahbatuh. Terdengar kabar istri Sri Karang Buncing mengandung, kabar itu disambut dengan suka cita oleh seluruh warga.

Anak yang lahir dari upacara suci biasanya adalah anak yang istimewa. Benar saja setelah bayi Sri Karang Buncing lahir, bayi itu menangis. Diberikan susu tidak membuatnya diam, namun ketika disuapi nasi anak itu makan dengan lahap. Tubuh anak itu besar tidak seperti anak yang lain. Ketika upacara menyambut anak itu digelar. Terdengar suara dari langit bahwa anak ini agar diberi nama Kebo Iwa. Anak ini akan menjaga desa Blahbatuh dan pulau Bali.

Ketika usia sekolah Kebo Iwa belajar khusus dari kakek pendeta. Kakek itu dia temui di Goa Garba, sebuah Goa di pinggir sungai Pakerisan. Kakek Ki Soma Kepakisan adalah guru yang datang dari Jawa. Melihat bakat Kebo Iwa dalam melukis dia ingin menjadikannya murid. Kebo Iwa belajar seni bangunan dan ilmu bela diri. Ki Soma Kepakisan berucap bahwa kelak dia akan bertemu muridnya di Jawa yang bernama Gajah Mada.

Gajah Mada diangkat menjadi patih kerajaan Majapahit oleh ratu Tri Bhuana Tungga Dewi. Gajah Mada adalah prajurit yang cerdas dan sakti. Di depan sidang yang dihadiri pejabat Majapahit dia bersumpah akan menyatukan nusantara. Sumpahnya dikenal dengan Sumpah Palapa. Dia tidak akan bersenang-senang sebelum nusantara disatukan di bawah kebesaran Majapahit.

 

Gajah Mada pergi ke Bali karena dia mendengar kabar di Bali terdapat patih yang sangat sakti. Gajah Mada ingin menyatukan kerajaan Bali ke dalam Majapahit. Namun dia tahu mimpinya tidak akan terwujud sebelum mengalahkan Kebo Iwa. Gajah Mada membangun siasat untuk mengalahkan Kebo Iwa.

Kebo Iwa berkat didikan Ki Soma Kepakisan tumbuh menjadi prajurit yang sakti. Dia pun diangkat menjadi patih kerajaan Bali yang dipimpin oleh Bedahulu. Berkat kepemimpinan Bedahulu dan Kebo Iwa kerajaan Bali mencapai puncak kejayaannya. Rakyat Bali hidup tenteram dan makmur. Karena itu Bali kedatangan tamu dari Majapahit yang ingin menjalin hubungan erat. Tamu itu tak lain adalah Gajah Mada.

Gajah Mada mengatakan akan mengundang Kebo Iwa ke Majapahit menghadiri upacara yang diselenggarakan Majapahit. Kebo Iwa pun menyanggupi undangan itu tanpa curiga. Kebo Iwa berpamitan kepada raja begitu kepada Sri Karang Buncing ayahandanya.

Sesampainya di Jawa Kebo Iwa diminta bantuan membuat sumur karena warga sekita kesulitan air. Kebo Iwa menyanggupi permintaan warga, dia pun menggali tanah untuk membuat sumur. Namun ketika sumur hampir selesai, warga menutup sumur dengan batu sekaligus mengubur Kebo Iwa. Ketika sumur berhasil ditutup ternyata Kebo Iwa sanggup melepaskan diri.

Gajah Mada mendatangi Kebo Iwa dan memohon maaf atas siasatnya. Dia menyampaikan maksudnya yaitu menyatukan nusantara. Gajah Mada berjanji akan menjaga Bali agar tetap makmur dan sejahtera. Kebo Iwa menyadari tujuan Gajah Mada, dia pun teringat pesan gurunya bahwa dia akan bertemu salah satu murid gurunya yaitu Gajah Mada.

Kebo Iwa menyetujui permintaan Gajah Mada dia pun menuntut janji Gajah Mada supaya menjaga kemakmuran rakyat Bali. Janji itu dipenuhi Gajah Mada karena semenjak nusantara disatukan Gajah Mada mencapai puncak kejayaannya. Gajah Mada berterima kasih kepada Kebo Iwa yang rela mengorbankan dirinya demi kejayaan nusantara.


Kisah Keping Darah Yang Pemberani

 

Tubuh manusia adalah anugerah yang harus kita syukuri. Tubuh sempurna ini bisa menjalankan tugasnya jika kita merawat dan menjaganya dengan baik. Ada banyak hal yang bisa kita lakukan jika tubuh kita sehat. Kita bisa berjalan, belajar, bermain bersama keluarga. Untuk itu kita harus rajin merawat dan menjaga tubuh ini. Rajin berolahraga dan makan makanan bergizi. Di dalam tubuh terdiri dari berbagai organ yang penting. Ada paru-paru yang membantu kita bernafas. Ada jantung yang memompa darah. Ada hati yang menawar racun. Masih banyak lagi organ penting di tubuh kita. Mereka saling berkaitan, saling bekerja sama seperti ikatan keluarga.

Salah satu organ yang tidak kalah pentingnya adalah darah. Mereka mengalir sepanjang waktu tiada henti. Mereka juga memiliki keluarga, kita menyebutnya Keluarga Darah. Darah dilahirkan dari Sumsum Tulang Belakang yang membentang di punggung kita. Sel darah ini terdiri dari 3 saudara. Mereka adalah Sel Darah Merah yang berwarna merah. Sel Darah Putih yang berwarna putih dan Keping Darah yang paling kecil berwarna bening.

Suatu hari sel-sel darah ini bermain bersama di dekat Sumsum Tulang Belakang. Hari masih pagi udarapun terasa segar. Mereka senang berkejar-kejaran, Keping Darah berlari diikuti oleh Sel Darah Merah dan Sel Darah Putih. Ibu mereka, Sumsum Tulang Belakang senantiasa menjaga dengan cermat. Sel Darah Merah adalah sel yang ceria. Badannya bulat cekung dan berwarna merah. Dia senang menggoda Keping Darah. Berbeda dengan Sel Darah Putih, dia lebih pendiam dan bertanggung jawab. Dia senang mengajak Keping Darah belajar.

"Ibu, saya ingin menjadi seperti Sel Darah Merah." Keping Darah mendekati ibunya.

"Wah, wah kamu pasti ingin sekuat saya." Sel Darah Merah bangga.

"Iya, saya ingin membawa oksigen dan sari-sari makanan ke seluruh tubuh."

"Kenapa kamu tidak ingin seperti kakak?" Sel Darah Putih membalas.

"Saya juga ingin seperti kakak. Bisa melawan bakteri dan virus."

"Kita semua punya tugas masing-masing. Karenanya kamu harus rajin membaca, supaya tahu tugas kamu." saran Sel Darah Putih.

"Benar kata kakakmu. Kita semua istimewa karena memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing. Ayo baca bukunya!" Ibu mendukung Sel Darah Putih.

"Bagaimana kalau kita bertanya pada paman Jantung? Dia yang paling tahu tentang darah. Setiap hari dia memompa dan membagi tugas kita." Saran Sel Darah Merah.

"Wah, setuju. Lebih baik bertanya langsung." Kata Keping Darah.

"Baiklah, kakak ikut." Sel Darah Putih menimpali.

Setelah memohon ijin kepada ibunya. Ketiga saudara itupun pergi menuju Paman Jantung. Mereka harus melewati pembuluh darah Vena.

Paman jantung sedang sibuk memompa darah. Badannya mengembang dan mengempis seperti balon udara.

"Paman Jantung. Maaf kami mengganggu. Kami ada pertanyaan yang ingin kami sampaikan." Sel Darah Merah meminta ijin.

"Hoho, ada pertanyaan apa?"

"Paman, saya Keping Darah. Saya sedih tidak bisa membantu kakak. Saya tidak tahu tugas saya.”

"Jangan sedih. Kebetulan Paman perlu bantuanmu. Paman kelelahan memompa darah. Si Kaki sedang terluka."

"Wah, apa yang bisa saya lakukan? Senang sekali jika saya bisa membantu"

"Tadi pagi Si Kaki berlari terburu-buru. Kaki jatuh karena tersandung batu. Pergilah kesana, hentikan pendarahannya!”

"Bagaimana saya bisa melakukannya paman?"

"Kamu bisa membekukan darah dan menutup luka."

"Ayo, kita bergegas membantu Kaki!" Sel Darah Merah mengajak saudaranya.

Setelah berpamitan, Keping Darah beserta saudaranya menuju Kaki. Perjalanan ke sana melewati pembuluh darah arteri yang panjang. Dalam perjalanan mereka banyak melihat darah yang berlari ketakutan.

Sesampai disana terdengar Kaki berteriak kesakitan. Ada luka yang melebar karena terbentur batu. Banyak darah yang mengalir keluar dari luka itu. Luka itu seperti pintu yang membuat bakteri dan virus mudah masuk dan membuat kekacauan. Sel Darah Putih kewalahan menghadapi bakteri dan virus tersebut.

Keping Darah sudah tahu kegunaannya, dengan berani maju mendekati luka. Dia memanggil teman-temannya untuk membagi tugas. Tugas dibagi menjadi dua ada yang bergerak menuju Darah Merah untuk membantu pembekuan darah. Darah yang mengental dan membeku akan sulit mengalir keluar tubuh. Keping Darah yang lain bertugas membuat benang-benang halus yang dapat menutupi luka. Benang-benang ini mencegah masuknya bakteri dan virus. Luka yang tertutup membuat tugas Sel Darah Putih menjadi lebih mudah. Sel Darah Putih pun berhasil mengalahkan bakteri dan virus.

Keping Darah menjalankan tugasnya dengan baik. Darah berhasil dibekukan sehingga berhenti mengalir, luka berhasil ditutup. Tinggal menunggu waktu luka akan sembuh. Keadaan mulai membaik, Kaki pun berhenti menangis. Dia berterimakasih kepada Keping Darah. Semua organ seperti jantung, paru-paru, hati dan lainnya memuji kehebatan Keping Darah.

 

 

Katak dan Kura-Kura

 

Katak dan Kura-Kura sama-sama mendapat undangan dari pak tani. Pak tani akan mengadakan upacara untuk mensyukuri panennya. Katak dan Kura-Kura diundang begitu juga dengan kancil, monyet dan kelinci.

Para binatang bergegas akan menghadiri pesta. Namun Kura-Kura terlihat murung. Dia ragu akan sampai ke tempat pesta tepat waktu karena jalannya lambat. Katak juga demikian badannya kecil tidak mungkin berjalan jauh.

Binatang yang lain pun mengejek Katak dan kura-Kura. Monyet bisa memanjat pohon. Kancil bisa berlari dan kelinci bisa melompat. Katak dan Kura-Kura jalannya lambat.

Kura-Kura semakin berkecil hati, dia mengajak Katak untuk tidak menghadiri acara. Katak tidak setuju dengan kura-Kura. Dia tidak ingin menyerah dan menerima ejekan Monyet, Kancil dan Kelinci. Katak mengajak Kura-Kura berangkat lebih dini namun katak menolak.

Katak pun berjalan sendiri, pagi-pagi buta dia sudah bangun. Katak berjalan menyusuri semak-semak. Pada jaman dahulu Katak belum bisa melompat. Dia masih merangkak perlahan di balik-balik semak.

Monyet, Kancil dan Kelinci tanpa terasa sudah melewati Katak. Merekapun menertawakan Katak. Makanan akan mereka habiskan sebelum Katak datang. Katang tidak menghiraukan kata teman-temannya dia berjalan dengan tekun.

Hari beranjak sore Katak masih dalam perjalanan. Dia membayangkan teman-temannya akan mengejeknya karena terlambat datang. Katak mempercepat langkahnya. Dia mengayunkan kaki belakangnya dengan kuat. Tanpa dia sangka dia sanggup melompat jauh. Katak pun semakin jauh melompat, dia membayangkan akan sampai lebih cepat.

Ketika sampai di rumah Pak Tani, teman-teman Katak melihat Katak dengan keheranan. Pesta baru saja dimulai. Mereka pun merasa bersalah karena telah mengejek Katak. Mereka bertanya mengapa Katak bisa sampai begitu cepat. Katak pun mengatakan bahwa Katak sudah bisa melompat jauh karena kegigihannya. Mulai sejak itu Katak berjalan dengan melompat. Kura-Kura tetap berjalan pelan karena tidak mau berusaha

 

Rare Angon dan Lubang Kuri

 

            Rare Angon menikmati hari-harinya mengembalakan sapi. Rare Angon artinya bocah pengembala. Dia memelihara puluhan sapi yang dimiliki warga desa. Setiap pagi Rare Angon membawa sapi-sapi ke padang luas. Sembari menunggu siang Rare Angon memainkan serulingnya yang merdu. Setelah siang sapi-sapi itu dibawa ke sungai untuk dimandikan kemudian kembali membawanya ke tanah lapang.

            Ranting-ranting pohon yang kering berjatuhan, ranting-ranting itu dikumpulkan Rare Angon sembari menjaga sapi-sapinya. Ranting-ranting sering dijadikan kayu bakar oleh ibunya. Salah satu ranting dipakai Rare Angon untuk menggambar di tanah lapang. Kemarin malam dia bermimpi bertemu wanita yang cantik. Tanpa disadari tangannya melukiskan wajah wanita itu. Wanita yang dalam mimpi menyebut dirinya bernama Ni Lubang Kuri.

            Hari sudah sore tandanya Rare Angon harus membawa sapi-sapinya ke kandang. Lukisan Ni Lubang Kuri dibiarkan begitu saja. Tak lama kemudian raja dan pasukan melintas melewati tanah lapang yang dilukis oleh Rare Angon. Betapa kagetnya wajah lukisan itu mirip dengan putrinya yang hilang.

            Rare Angon diperintahkan pergi ke istana. Ia ditanyakan perihal Ni Lubang Kuri. Rare Angon menyampaikan mimpinya bahwa Ni Lubang Kuri menyuruhnya pergi ke timur laut dia ditangkap oleh raksasa. Raja memerintahkan Rare Angon pergi menyelematkan putrinya.

            Setelah berpamitan dengan ibunya Rare Angon berjalan ke timur laut. Dalam perjalanan dia bertemu dengan kakek yang kehausan. Rare Angon memberi kakek itu minum. Karena dibantu kakek membalas kebaikan Rare Angon dengan memberi mustika yang membantunya menyelamatkan Ni Lubang Kuri.

            Rare Angon menaiki bukit sesampai di atas dia bertemu dengan seekor harimau. Rare Angon mengeluarkan mustika tidur yang membuat harimau itu tertidur. Rare Angon melanjutkan perjalanan dan menemukan tempat Ni Lubang Kuri ditangkap.

            Ketika akan melepaskan Ni Lubang Kuri raksasa besar datang. Dia melemparkan tubuh Rare Angon. Rare Angon mengambil mustika air yang menghanyutkan raksasa. Rare Angon segera mengajak lari Ni Lubang Kuri.

            Raksasa berhasil melewati air. Rare Angon mengeluarkan mustika kayu, namun raksasa berhasil mematahkan kayu. Rare angon mengeluarkan mustika jiwa yang membuat raksasa itu terbunuh.

            Akhirnya Rare Angon berhasil membawa Ni Lubang Kuri ke istana. Raja menyambutnya dengan gembira. Rare Angon pun dinikahkan dengan Ni Lubang Kuri.


Ni Diah Tantri dan Pangeran Eswaryadala

           

            Ni Diah Tantri dengan percaya diri mengajukan dirinya untuk dibawa ke istana. Ayahnya bernama Bandeswarya adalah patih kepangeranan Patalinagantun. Kepangeranan menugaskannya mencari wanita untuk menjadi teman pangeran. Semua wanita kepangeranan sudah diajukan menjadi teman pangeran, namun pangeran merasa tidak ada yang bisa membuatnya senang.

            Bandeswarya sudah kehabisan akal namun ketika Ni Diah Tantri mengajukan diri tentu dia tidak setuju. Dia takut anaknya akan dihukum jika gagal menghibur pangeran Eswaryadala. Dia tahu pangeran memang banyak maunya, taka da yang mampu memuaskan keinginannya. Namun Bandeswarya tidak punya pilihan jika dia gagal mencari wanita maka desanya akan dihukum. Dengan berat hati Bandeswarya mengijinkan anaknya ke istana.

            Ni Diah Tantri berjalan dengan percaya diri. Dia adalah wanita yang cerdas karena ayahnya tidak lupa menyekolahkannya. Baginya ini adalah saat yang tepat untuk membalas kebaikan ayahnya. Seluruh dayang istana merasa heran dengan keberaniannya. Pangeran Eswaryadala menatapnya dengan tajam. Menunggu apa yang bisa dia lakukan untuk menghiburnya.

            Eswaryadala adalah pangeran yang kehilangan ibunya sejak dia dilahirkan. Dia dirawat dan dibesarkan oleh ibu tirinya. Ayahnya pun selalu memanjakan Eswaryadala dengan kemewahan istana. Kasih saying ibu tiri dan kemewahan istana tidak membuat pangeran Eswaryadala bahagia. Karena kebahagiaan itu seperti tiada ujungnya.

            Ni Diah Tantri meminta waktu berdua dengan Eswaryadala. Dia mengajak pangeran ke luar istana. Eswaryadala mengikuti permintaan Ni Diah Tantri, ini adalah pertama kalinya dia keluar istana dengan berjalan kaki tanpa kereta dan tanpa pengawal. Ni Diah Tantri mengatakan bahwa keahliannya adalah bercerita. Eswaryadala cukup menanyakan sesuatu di sekelilingnya maka Ni Diah Tantri akan bercerita.

            Eswaryadala merasa sesuatu yang berbeda, dia pun menanyakan apapun yang dilihatnya. Melihat binatang, maka Ni diah Tantri bercerita tentang binatang. Dongengnya sangat menarik, Eswaryadala merasa terhibur. Ketika melihat petani, Ni Diah Tantri bercerita tentang kehidupan petani. Tanpa sadar hari beranjak sore. Ini pertamakalinya Eswaryadala mendapatkan jawaban dari semua pertanyaannya. Dia kagum dengan kecerdasan Ni Diah Tantri. Hingga malam dia tidak sabar menunggu pagi supaya bisa bertemu dengan Ni Diah Tantri.

            Bandeswarya merasa lega karena anaknya kembali dengan selamat. Dia pun senang karena pangeran tidak lagi memintanya mencari wanita. Dia hanya meminta Ni Diah Tantri menemaninya. Semenjak mengenal Ni Diah Tantri banyak perubahan yang terjadi dalam diri Eswaryadala. Karena dia selalu merasakan ada pesan di balik cerita Ni Diah Tantri. Keluar istana membuatnya melihat kehidupan rakyatnya. Sehingga tumbuh rasa simpati terhadap kesusahan rakyatnya.

            Eswaryadala perlahan berubah dari pangeran yang manja menjadi pangeran yang lebih mandiri. Dia pun lebih giat belajar supaya kelak bisa menggantikan ayahnya. Melihat perubahan ini ayah Eswaryadala memanggil patih Bandeswarya menanyakan apa yang membuat anaknya berubah. Patih pun menceritakan tentang anaknya. Raja sangat terkesan dengan cerita patihnya. Ni Diah Tantri pun dinikahkan dengan pangeran Eswaryadala. Kerajaan Patalinagantun menjadi Makmur berkat kepemimpinan Eswaryadala.

Postingan Populer