Itihasa, Purana dan Arthasastra
Om Swastyatu
Halo nak, hari ini kita melanjutkan materi minggu lalu.
Kita sudah belajar tentang Upaweda. Apa itu upaweda dan
pentingnya mempelajari Upaweda. Upaweda bertujuan supaya kita lebih dekat
dengan ajaran Weda. Upaweda dikemas dengan bahasa yang menarik, jelas dan mudah
dimengerti. Dengan demikian Weda bisa dipelajari oleh semua golongan dengan
berbagai tingkat pemahaman.
Hari ini kita akan belajar mengenal beberapa kitab Upaweda.
Khususnya adalah Itihasa, purana dan Arthasastra. Semoga kalian tetap semangat
belajarnya!
A.
Itihasa
Itihasa adalah kitab epos atau wiracarita.
Cerita yang mengandung unsur kepahlawanan. Dengan membaca Itihasa kita akan
dibawa pada kisah perjalanan satu tokoh dari kecil, perjuangannya menegakkan
dharma hingga masa akhir hidupnya. Ceritanya sangat utuh, saling menjalin satu
sama lain. Sehingga kita bisa terhanyut dengan jalan cerita. Ada sebutan yang
mengatakan “Selama Himalaya masih ditutupi salju, selama Gangga masih mengalir,
Selama itulah Ramayana dan Mahabharata akan digemari manusia”
Dari arti katanya Itihasa sesungguhnya
kejadian itu terjadi begitulah adanya. Sehingga banyak yang berpendapat itihasa
adalah cerita sejarah mengingat keutuhan ceritanya dan tempat-tempat dalam
cerita yang masih ada hingga sekarang. Misalnya jembatan situbanda atau
jembatan Rama yang menghubungkan india dengan Srilangka.
Kitab Itihasa meliputi Ramayana dan
Mahabharata. Dalam Ramayana menceritakan awatara Rama dalam menumpas Rahmana.
Sedangkan Mahabharata menceritan awatara Krisna dalam membunuh Kamsa dan membantu
Pandawa dalam mengalahkan Kaurawa. Ramayana terdiri dari 7 kanda atau Sapta
Kanda. Mahabharata terdiri dari 18 parwa atau Asta Dasa Parwa.
Kita sudah mengenal Sapta Kanda. Kalau Astadasa
Parwa bisakah kalian menyebutkannya? Bisa kalian ketik di kolom komentar blog
ini.
B.
Purana
Purana adalah kitab yang berisi tradisi di
masa silam. Kata Purana berasal dari Pura dan Ana. Pura artinya kuno dan ana
berarti ada. Purana memiliki persamaan dengan Itihasa yaitu kitab yang
berbentuk cerita. Namun di Itihasa lebih focus menceritakan satu tokoh. Di
Purana menceritakan berbagai kisah yang tidak terjalin utuh. Dalam bahasannya
Purana menjelaskan 5 hal: Tentang penciptaan dunia, Tentang pralaya, Mitologi
Dewa, Tentang peredaran masa, Tentang dinasti Surya-Candra.
Berdasarkan isinya Purana dibedakan menjadi
3. Satwika Purana, Tamasika Purana dan Tamasika Purana. Adanya pembagian ini
berdasarkan dewa yang diutamakan. Satwika mengutamakan Wisnu, Tamasika
mengutamakan Siwa dan Rajasika mengutamakan Brahma. Pembagian ini tidak diartikan
sebagai baik atau buruk karena pada dasarnya sifat itu tidak ada baik atau
buruk.
Pembagian Purana memunculkan berbagai
aliran dalam pemujaan kepada Tuhan yang sekarang kita kenal dengan sampradaya.
C.
Arthasastra
Kitab Arthasastra adalah kitab yang berisi
ilmu kepemimpinan dan pemerintahan. Kitab ini banyak bersumber pada kitab weda
sebelumnya seperti Rg Weda dan Yajur Weda. Kitab ini juga menggali ajaran
kepemimpinan yang terkandung dalam Itihasa dan Purana.
Dalam Ramayana dan Mahabharata ajaran
kepemimpinan ini disebut dengan Rajadharma. Pada abad ke IV SM rsi Kautilya
atau Canakya menulis kitab Arthasastra. Kitab ini dikatakan sebagai kitab yang
lengkap sehingga Rsi Kautilya mendapat sebutan sebagai bapak politik Hindu.
Rsi Kautilya dikenal hidup pada masa Candra
Gupta dari dinasti Maurya. Rsi Kautilya adalah guru sekaligus pengasuh dari
raja Ashoka, raja terbesar dari kerajaan Magadha.
Demikian materi singkat kali ini. Kalian
bisa lebih menyempurnakannya dengan mencari sumber refernsi lain. Dari
pembelajaran ini kita menyadari bahwa pengetahuan itu sangat luas. Dan bisa
dikaji dari berbagai sudut pandang. Itihasa dan Purana adalah kitab yang
mengkaji weda dengan mengunakan cerita-cerita. Itihasa focus bercerita tentang
raja yang memiliki sifat kepahlawanan. Sedangkan Purana menjelaskan bidang yang
lebih luas meliputi mitologi dewa, kisah penciptaan, peleburan, masa
manwantara, dinasti surya dan candra.
Arthasastra adalah kitab yang mengkaji nilai-nilai kepemimpinan dalam Weda. Arthasastra bersumber pada rg Weda, Yajur Weda, itihasa dan Purana.