Materi Pert 19 Okt

Kontribusi Upaweda dalam Kehidupan Sekarang

Upaweda adalah bagian dari kitab smerti yang tujuannya sesuai dengan arti katanya, upa artinya dekat dan weda artinya pengetahuan. Upaweda adalah kitab yang bertujuan mendekatkan umatnya dengan kitab Weda. Adapun yang mendasari itu adalah dari segi isinya Upaweda berisi ajaran weda yang sudah terfokus sesuai bidangnya. Pengetahuan Weda yang sangat luas dibagi-bagi pembahasannya ke dalam Upaweda. Jika diibaratkan Weda sebagai samudera luas, maka upaweda adalah aliran sungai yang menuju samudera luas. Dengan mempelajari upaweda maka secara tidak langsung kita akan mengarah pada ajaran weda itu sendiri. Alasan yang kedua adalah dari segi bahasa. Upaweda menggunakan bahasa yang mudah dimengerti sehingga Upaweda bisa diterima semua orang. Untuk menghindari salah penafsiran terhadap kitab Weda, maka upaweda ditulis dengan bahasa yang mudah diterima sesuai bidangnya. Misalnya Itihasa, kitab ini isinya berbentuk cerita-cerita yang saling berkaitan. Ini membuat itihasa paling digemari hingga sekarang.

Ajaran Upaweda masih relevan dalam kehidupan sekarang ini. Contoh yang paling terlihat adalah cerita Ramayana dan Mahabharata yang masih digemari dari generasi ke generasi. Ajaran upaweda banyak memberikan pengearuh pada perkembangan ilmu pengetahuan sekarang ini. Adapun kontribusi Upaweda dalam kehidupan sekarang antara lain:

A. Itihasa

Itihasa adala cerita sejarah yang menggambarkan secara lengkap tentang keberadaan kerajaan di masa silam. Hal ini mengundang ketertarikan para ilmuwan dan peneliti untuk menguji kebenaran cerita ini. Umat Hindu meyakini cerita ini sebagai sejarah sesuai dengan arti kata itihasa, iti, ha dan sa sesungguhnya semua itu demikian adanya. Dari segi alur cerita itihasa ini banyak diwujudkan dalam karya seni misalnya seni tari dan pertunjukan. Sehingga ada berbagai macam tari di berbagai Negara. Di Indonesia itihasa juga dipergelarkan dalam pewayangan. Berbagai karya sastra juga banyak berpedoman pada kisah itihasa. Misalnya kekawin Ramayana, kitab arjuna wiwaha, kitab bharata yudha dsb.

Itihasa juga sarat dengan ajaran kepemimpinan kita mengenal Astabratha yang banyak dicontoh oleh para pemimpin. Kerajaan-kerajaan Hindu yang pernah berdiri di Indonesia juga menggunakan itihasa sebagai referensi dalam pememrintahannya.

Ada juga tradisi dalam Itihasa yang masih dipakai hingga sekarang, misalnya tradisi pengabenan di Bali itu diambil dari cerita gugurnya rsi Bhisma.

B. Purana

Purana adalah kitab yang berisi cerita mitologi para dewa, masa penciptaan dan peleburan, silsilah manu, silsilah dinasti, perputaran yuga, tradisi-tradisi di msa lalu. Kisah mitologi para dewa menyebabkan purana terbagi menjadi 3 jenis. Rajasika memuja dewa Brahma, Tamasika memuja dewa Siwa, dan Satwika memuja dewa Wisnu. Di Indonesia ini dikenal dengan Tri Murti. Hingga sekarang kita melihat adanya pemujaan para dewa. Dewa dipandang sebagai manifestasi sinar suci Tuhan dipuja dengan berbagai perwujudannya. Di Bali ajaran ini melebur ke dalam Siwa Sidhanta. Selain itu warisan Purana yang bisa kita lihat adalah adanya tradisi yang masih berlaku. Misalnya agni hotra pemujaan kepada dewa agni. Trdisi memohon hujan. Umat Hindu juga percaya adanya 4 jaman dimana jaman sekarang disebut sebagai jaman Kali. Umat juga percaya adanya masa penciptaan atau sresti dan masa peleburan atau pralaya.

C. Arthasastra

Arthasastra banyak mengajarkan demokrasi, tokoh penulisnya adalah Rsi Canakya atau Kautilya sosok yang menyelamatkan negeri Magadha dari keterpurukan karena pemerintahan yang kurang bagus. Gerakannya yang terkenal adalah dari rakyat, oleh rakyat dan untuk rakyat. Beliu menunjuk Chandra Gupta sosok yang berasal dari rakyat menjadi pemimpin Magadha. Arthasastra juga mengenal adanya 3 lembaga dlm pemerintahan yaitu Eksekutif, Legislatif dan Yudikatif yang tentunya dipakai dalam pemerintahan sekarang. Selain tentang demokrasi, arthasastra juga mengajarkan ilmu kepemimpinan salah satu kitabnya yaitu Nitisastra sering menjadi acuan pemimpin dalam menjalankan tugas kepemimpinan. Arthasastra ajarannya mengacu pada kitab Itihasa yaitu Mahabharta, yang mengambil sisi ilmu pemerintahan dan kepemimpinan. Ajaran moral dalam arthasastra masih berlaku hingga sekarang.

D. Ayur Weda

Ayurweda adalh kitab yang bersumber pada Atharwa Weda pada kitab sruti. Warisan kitab ini tentu saja masih bisa kita rasakan hingga sekarang. Secara tradisional ajaran ini di Bali dikenal dengan Usadha. Ada banyak lontar Usadha yang membahas cara mengobati penyakit. Ayurweda terdiri dari beberapa cabang yang jika dikaitkan dengan ilmu kedokteran sekarang masih relevan missal tentang ilmu bedah, ilmu tentang tumbuh kembang anak, ilmu remaja, psikologi dsb. Hal ini menandakan walaupun ayurweda berkembang ratusan tahun sebelum masehi, orang-orang sudah memiliki tingkat pengetahuan yang tinggi. Orang-orang sekarang pun tekun mempelajari ilmu pengobatan ayurweda. Selain pengobatan ayurweda juga mengajarkan perilaku sehat yaitu dengan beryoga. Yoga sendiri sekarang sudah diakui dan digemari dunia. Ada perayaan hari Yoga sedunia. Sebagai umat Hindu kita patut berbangga dengan kemulian ajaran Weda.

E. Gandharwa Weda

Gandharwa Weda adalah ilmu tentang seni. Kitab ini bersumber pada Sama Weda pada kitab sruti. Berbagai seni yang dipakai dalam upacara, seni berasal dari kata sani artinya persembahan. Di Bali seni dipandang sebagai wujud bhakti persembahan kepada Tuhan. Umat Hindu memuja dewa Siwa (Iswara) sebagai dewa Tari, dipuja pada perayaan Tumpek Krulut. Di Australia juga ada Siwa Dance atau tarian Siwa, karena dewa Siwa dipandang senang menari. Di Bali dikenal dengan tarian SIwa Nata Raja. Berbagai macam seni bersumber pada kitab Gandharwa Weda.

F. Dhanurweda

Dhanur weda bersumber pada cerita Itihasa khususnya Mahabharata karena disana dikenal adanya peperangan. Dalam peperangan tentunya menggunakan senjata dan strategi perang. Dhanurweda adalah ilmu tentang senjata dan seni berperang.

Postingan Populer